27 November 2009

Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan Prosedural

Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.

Sebagai langkah pertama dalam memahami perolehan pengetahuan prosedural, penting untuk membedakan antara dua bentuk prosedural, sebab proses-proses belajar untuk masing-masing bentuk berbeda. Prosedur-prosedur pengenalan-pola mendasari kemampuan untuk mengenal dan mengklasifikasikan pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur-prosedur urutan-aksi mendasari kemampuan untuk melakukan urutan-urutan operasi-operasi terhadap simbol-simbol.

1. Proseur-prosedur Pengenalan-pola dan urutan-aksi

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan seseorang harus melaksanakan langkah-langkah dalam urutan yang benar. Misalnya, untuk menggabungkan dua kalimat yang berlawanan seseorang harus menghilangkan titik pada akhir kalimat pertama, lalu meletakkan koma antara kalimat pertama dan kalimat kedua, akhirnya menambahkan kata ”tetapi” sesudah koma. Penyajian pengetahuan yang mendasari tindakan tersebut disebut prosedur urutan-aksi.

PENGENALAN-POLA

URUTAN-AKSI

y = 3x + 5 melukiskan suatu

a. lingkaran

b. garis lurus

c. hiperbola

d. parabola

Gambar suatu bentuk yang sesuai dengan y = 3x + 5

y

x

Misalnya bagian I mengklasifikasikan garis-garis lurus, maupun bagian II yang menggambarkan garis-garis lurus mempunyai kondisi bahwa persamaan mempunyai bentuk y = mx + b. Agar urutan-urutan aksi itu berguna, aksi itu hendaknya terjadi pada kondisi tertentu. Jadi, prosedur urutan-aksi adalah urutan-urutan aksi-aksi digabungkan dengan prosedur-prosedur pengenalan pola. Teori R.M Gagne, pengenalan pola-pola merupakan kondisi yang diperlukan untuk penerapan aturan-aturan.

Walaupun pada kenyataannya prosedur-prosedur pengenalan pola dan urutan-aksi sangat berhubungan dalam tindakan, proses-proses belajar untuk mengenal pola-pola dan dalam belajar melakukan urutan aksi-aksi, berbeda. Oleh karena kedua hal tersebut berbeda maka pembahasannya dilakukan secara terpisah.

2. Perolehan Prosedur-prosedur Pengenalan-pola

Banyak pola dipelajari dari pengalaman, tanpa instruksi langsung. Suatu contoh dari belajar pengalaman adalah perolehan kosa kata pada anak-anak. Kebanyakan anak-anak memulai sekolah dasar dengn kira-kira 7500 kosa kata yang mereka pahami (Coroll, 1964) proses yang terlibat penggunaan kosa kata sebanyak ini tanpa sekolah adalah generalisasi dan diskriminasi.

Generalisasi

Menurut teori Anderson, generalisasi terjadi secara otomatis, bila dua produksi yang mempunyai aksi sama berada dalam memori kerja pada waktu yang sama. Mekanisme generalisasi mencari kondisi-kondisi yang sama, lalu melahirkan produksi yang baru yang mempertahankn kondisi-kondisi yang sama, dan menghilangkan kondisi-kondisi yang unik. Dalam contoh kucing kondisi-kondisi yang sama adalah sesuatu yang kecil, berbulu, yang bergerak dan berkata ”miau”. Kondisi-kondisi yang unik adalah nama-nama dari kucing-kucing yang khusus.

Jadi hasil utama dari generalisasi ialah menghilangkan kondisi-kondisi. Penghilangan kondisi-kondisi tercapai dengan meneliti anak-anak kalimat produksi-produksi yang mempunyai aksi-aksi yang sama. Efek penghilangan kondisi-kondisi ialah untuk membiarkan suatu produksi terterapkan pada situasi-situasi yang lebih banyak.

Bantuan intruksional untuk generalisasi

Bila para siswa mempelajari konsep-konsep baru dalam bidang studi apapun, mereka memperoleh prosedur-prosedur pengenalan pola, dan cenderung menggunakan generalisasi. Guru dan bahan-bahan pengajaran dapat merangsang proses ini dengan memilih contoh-contoh konsep yang tepat untuk disajikan. Juga, para siswa menjadi lebuih tidak tergantung dalam belajar, bila mereka mengetahui bagaimana mencari atau mengungkapakan macam-macam contoh yang tepat. Bila dua contoh disajikan dengan memberikan contoh kedua segera seudah contoh pertama, dan jika jedua contoh ini sangat berbeda dalam nilai-nilai atribut yang tidak rekeven, maka generalisasi yang tidak mungkin sekali berkembang.

Diskriminasi

Generalisasi meningkatakan daerah situasi-situasi untuk penerapan suatu prosedur, sedangkan diskriminasi mengurangi atau mempersempit daerah ini. Menurut teori Anderson, diskriminasi mengakibatkan penambahan pada bagian kondisi dari suatu produksi.

Diskriminasi di rangsang bila suatu prosedur yan gtelah dikenal tidak dapat diterapkan. Kegagalan memotivasi siswa untuk memahami perbedaan antara situasi dimana prosedur tidak dapat diterapkan dan situasisebelumnya tidak dapat diterapkan. Dalam situasi lainnya siswa mungkin harus memperoleh tambahan bacaan, atau menerapkan prosedur itu secara coba-coba. Tujuan ialah untuk menentukan apakah yang membedakan situasi-situasi di mana prosedur dapat berhasil. Sekali perbedaan itu ditentukan, situasi itu akan ditambahkan pada produksi sebagai suatu kondisi yang perlu untuk menerapkan produksi tersebut.

Pertolongan intruksional untuk diskriminasi

Dalam diskriminasi yang terpenting adalah seleksi dan urutan dari noncontoh. Suatu noncontoh merupakan sesuatu misal yang bukan suatu contoh dari konsep yang sedang di pelajari, jadi suatu segiempat merupakan noncontoh dari konsep segitiga.

3. Perolehan Prosedur-prosedur Urutan-aksi

Menurut teori Aderson urutan-urutan aksi dipejari dengan seperti berikut. Mula-mula sipelajar menyajikan suatu urutan aksi-aksi dalam bentuk deklaratif. Lalu berkembang suatu penyajian prosedural dari urutan aksi dengan pengalaman dalam mencoba menghasilkan urutan aksi. Kompilasi pengetahuan terdiri atas dua sub-proses; proseduralisasi (pengguguran perangsang-perangsang dari pengetahuan deklaratif) dan komposisi (penggabungan beberapa prosedur menjadi satu prosedur).

Proseduralisasi

Langkah petama dalam urutan-urutan aksi adalah menciptakan suatu penyajian proposional untuk prosedur. Langkah kedua adalah menciptakan statu produksi untuk menyajikan setiap langkah dalam urutan aksi. Kedua langkah ini terjadi selama proseduralisasi.proseduralisasi terdiri atas: (1) menghasilkan suatu uraian proposisional dari urutan aksi-aksi, dan (2) menterjemahkan uraian proposisional ke dalam statu himpunan produksi-produksi.

Komposisi

J.R Anderson, 1982 bahwa sub-proses lain dalm relajar urutan-urutan aksi disebut komposisi. Agar terjadi komposisi, suatu urutan dari dua produksi harus aktif dalam memori verja pada waktu yang sama. Sistem akan “memperhatikan” bahwa kasi dari produksi pertama menimbulkan kondisi untuk produksi yang kedua. Hasilnya mewrupakan suatu produksi baru yang mempunyai kondisi dari produksi yang pertama, dan aksi-aksi dari kedua produksi. Kondisi dari produksi kedua hilang sebagai informasi yang tidak diperlukan.

4. Strategi Mengajarkan Pengetahuan Prosedural

Strategi yang digunakan adalah strategi umpan balik. Apabila prosedur ini pengenalan-pola. Umpan balik tidak hanya memperlihatkan apakah jawaban itu betul, tetapi juga bila jawabannya tidak betulharus ditunjukkan mana dari jawaban itu yang tidak betul dan mana bagian yang betul. Umpan balik hendaknya menunjukkan secara tepat dalam hal apa aplikasi itu betul diterapkan proses-proses belajar berhubungan dengan pengetahuan prosedural tergantung pada latihan dan umpan balik. Jadi untuk mengembangkan keahlian diri, maka kita membutuhkan banyak kesempatan untuk latihan prosedur-prosedur, sebab hanya melalui latihan dapat dikembangkan prosedur-prosedur.

0 komentar:

Posting Komentar